سُوۡرَةُ یُوسُف
۞ لَّقَدۡ كَانَ فِى يُوسُفَ وَإِخۡوَتِهِۦۤ ءَايَـٰتٌ۬ لِّلسَّآٮِٕلِينَ (٧) إِذۡ قَالُواْ لَيُوسُفُ وَأَخُوهُ أَحَبُّ إِلَىٰٓ أَبِينَا مِنَّا Demi sesungguhnya! (Kisah) Nabi Yusuf dengan saudara-saudaranya itu mengandungi beberapa pengajaran bagi orang-orang yang bertanya (tentang hal mereka untuk mengambil iktibar - Ayat 185 - Surah Yusuf.
Saya sangat tertarik dengan tafsir yang dibuat oleh HAMKA tentang ayat di atas. Saya petik tafsirannya seperti di bawah yang jelas sekali maknanya.
" .. Dengan menyelidiki mata-mata rantai dari apa yang dilalui Yusuf dalam hidupnya, dapatlah bertambah iman kepada kekuasaan Allah, bahawasanya kehidupan manusia dalam dunia ini, bukanlah semata-mata mata rantai dari serba kebetulan. Semunya menambah iman kita akan kekuasaan Allah. Orang yang sudi bertanya, akan bertanya kepada orang yang lebih tahu, lebih pandai, dan orang yang lebih pandai akan mengambil i'tibar hikmat Ilahi dalam alam ini. Semuanya sungguh-sungguh membuat kagum manusia. Pokok pangkal kisah ialah dengkinya saudara-saudara Yusuf kepda Yusuf, karena dia dengan saudara seibunya, Bunyamin, lebih dicintai oleh sang ayah, Nabi Ya'kub. Kalau bukan kerana dengki, niscaya mereka tidak akan sampai hati memasukkan adik kandung mereka ke dalam sumur (perigi) tua.
Tetapi kalau sekiranya saudara-saudaranya yang dengki itu tidak memasukkannya ke dalam sumur, niscaya tidaklah Yusuf akan sampai dipungut oelh kafilah saudagar yang mengambil air di sumur itu dengan melemparkan timbanya. Dan kalau dia tidak dikeluarkan oleh kafilah itu dari dalam sumur, niscaya dia tidak akan jadi budak (hamba). Kalau sekiranya dia tidak naik, niscaya dia tidak akan dibawa ke Mesir dan dijual orang kepada Raja Muda Mesir yang bernama Kotifar. Kalau dia tidak dibeli oleh Raja Muda Mesir, niscaya tidak ada orang besar yang akan mengetahui tampang (wajah) dan bakat yang ada pada anak ini, yang Raja Muda inilah yang mempunyai firasat baik tentang kemungkinan-kemungkinan anak ini di belakang hari, sehingga disuruhkannya isterinya memelihara anak ini baik-baik dan menyelenggarakannya dengan sepatutnya, sampai ada niatnya hendak memungutnya saja jadi anak angkat. Dan kalau sekiranya dia tidak tinggal di dalam istana indah Raja Muda, niscaya si muda belia Yusuf tidak akan mendapat ujian keteguhan Iman dan Peribadi dalam zaman pancaroba demikian rupa; yang kalau di waktu itu dia sampai jatuh tamatlah riwayatnya buat selanjutnya. Dan kalaulah bukan karena keteguhan hatinya dan imannya sehingga tidak samai jatuh, tentu dia tidak akan dipenjarakan. Dan kalau dia tidak masuk penjara, tentu dia tidak akan bertemu dua orang pegawai istana yang meminta dita'birkan mimpi mereka, niscaya Yusuf tidak mendapat kesempatan yang sebaik itu buat mengadakan da'wah tentang Keesaan Tuhan dalam penjara. Dan kalau seorang di antara pegawai itu setelah ta'bir mimpi di dalam penjara, tentu akan masghullah (runsing) isi istana seluruhnya, karena tidak seorang jua pun ketika titu yang sanggup memberi ta'bir mampi baginda. Dan kalau Raja tidak bermimpi, belum diketahui entah bila orang tahanan yang malang itu akan dikeluarkan dari dalam penjara, yang telah terbenam di dalamnya bertahun-tahun jadi orang tahanan tidak diperiksa-periksa perkaranya, tidaklah akan dikeluarkan buat langsung diangkat menjadi Raja Muda Mesir. Dan kalau tidaklah dia yang diangkat menjadi Raja Muda, mala petaka besarlah yang menimpa Mesir kerana kelaparan. Dan di samping Yusuff memindahkan keluarga Ya'kub dari desa Kana'an yang mulai menderita sudah karena kekurangan makananan, ke negeri Mesir yang beliau sendiri berkuasa mengatur sandang-pangannya (pakai-makannya). Dan dengan memindahkan keluarga Ya'kub ke Mesir itu, bertemulah dia kembali dengan ayah dicintainya dan dengan ibu dari sudara-saudaranya, kakak dari ibunya yang telah mati ...
Maka rantai yang sambung bersambung sejak dari dalam sumur tua, sampai singgah di istana Raja Muda, langsung masuk penjara, akan kemudian naik ke atas singgahsana Raja Muda yang dia gantikan, lalu menyelesaikan apa yang kusut di antara dia dengan saudara-saudaranya, atau yang keruh kembali dijernihkan, semuanya ini adalah ayat (tanda) belaka dan semuanya adalah tanda-tanda yang jelas tentang Maha Kayanya Allah Ta'ala, bahkan manusia ini hanya berjalan di atas rel-rel yang ditentukanNya. Kewajiban mansuia ialah waspada terus menjaga jiwanya jangan sampai jauh daripada Tuhan yang mengatur perjalanan hidupnya itu.
M.s 186 -187- juzu' 12 Tasir Al-Azhar.
Mudah-mudahan entri ini ada manfaatnya kepada anda semua.